Pengembangan PLTP, Geolog UGM Soroti Peran SDM dan Teknologi

Pemanfaatan Energi Panas Bumi di Indonesia
Pemerintah terus mempercepat pemanfaatan energi panas bumi dengan menambah kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di berbagai wilayah Indonesia. Meskipun memiliki manfaat yang signifikan, pengembangan energi ini masih menghadapi tantangan, khususnya dalam hal sumber daya manusia (SDM) dan teknologi.
Menurut Ir. Pri Utami, M.Sc., Ph.D., seorang geolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM), pemanfaatan panas bumi di Indonesia saat ini masih fokus pada area gunung api Kuarter dengan sistem hidrotermal bertemperatur tinggi. Ia menjelaskan bahwa tingkat keberhasilan eksplorasi sebelum pengeboran hanya sekitar 50 persen.
“Untuk menurunkan risiko tersebut diperlukan investasi berupa penelitian geosains seperti geologi, geokimia, dan geofisika untuk menduga kondisi bawah permukaan secara lebih rinci. Teknologi pemboran juga perlu ditingkatkan agar dapat mengakses target dengan lebih cepat,” ujar Pri.
Biaya pemboran per sumur bisa mencapai USD 10 juta, sehingga risiko investasi cukup tinggi. Oleh karena itu, riset mendalam sangat penting sebelum proyek pengeboran dimulai.
Pri menjelaskan bahwa potensi panas bumi sebenarnya tersebar merata di Bumi, namun pengembangan PLTP bertemperatur tinggi membutuhkan kondisi khusus. “Diperlukan fluida panas dengan temperatur 225–300°C, pH netral, batuan permeabel, dan kedalaman 1–3 km,” jelasnya.
Meski membutuhkan biaya besar, pengembangan panas bumi dinilai memberikan banyak manfaat, termasuk penciptaan lapangan kerja. Pelaksanaan proyek pengembangan panas bumi mulai dari eksplorasi hingga pengembangan lapangan membutuhkan tenaga kerja lokal yang sangat banyak, serta membuka peluang usaha pendukung seperti catering, akomodasi, transportasi, jasa dan lain-lain.
Selain listrik, energi panas bumi juga menghasilkan produk samping berupa endapan mineral yang bisa diolah menjadi penyubur dan penguat tanaman. Menurut Pri, hal ini turut mendukung ketahanan pangan nasional.
Namun demikian, ia mengingatkan adanya dampak lingkungan dari eksplorasi panas bumi, mulai dari debu akibat mobilisasi alat berat, kebisingan saat pemboran, hingga perubahan lanskap. Untuk mengurangi dampak tersebut, diperlukan cara pembersihan area terdampak, pemasangan instalasi peredam suara, penggunaan mesin pemboran yang modern, penanaman kembali pada area yang dibuka sementara untuk operasional pemboran, dan masih banyak lagi.
Dari sisi sosial, Pri menilai edukasi terkait panas bumi di masyarakat masih minim. Ia menekankan pentingnya kebijakan yang menempatkan panas bumi bukan sebagai komoditas, melainkan aset energi yang kompetitif dibandingkan energi fosil. Untuk menjadikannya lebih kompetitif, maka harus ada investasi SDM untuk menurunkan risiko biaya eksplorasi dan meningkatkan kehandalan teknologi pemanfaatannya.
Belum ada Komentar untuk "Pengembangan PLTP, Geolog UGM Soroti Peran SDM dan Teknologi"
Posting Komentar