Credit Scoring: Lebih dari Riwayat, Fokus pada Perubahan perilaku Digital Nasabah

.CO.ID - JAKARTA. Di tengah melonjaknya nilai outstanding pendanaan financial technology (fintech) lending, tantangan industri tak lagi sekadar soal pertumbuhan, melainkan juga soal kualitas dan ketahanan risiko.

Hingga April 2025, pendanaan fintech menembus Rp 80,9 triliun. Rasio kredit bermasalah (TWP90) yang tercatat 2,93% mendorong pentingnya evaluasi ulang terhadap praktik penilaian kelayakan pinjaman. Terutama melalui pemanfaatan credit scoring yang berbasis data, akurat dan realtime .

Presiden Direktur PT Kredit Biro Indonesia Jaya (CBI), Anton K. Adiwibowo menegaskan, sistem credit scoring tidak lagi bisa bersifat statis dan hanya berorientasi pada riwayat kredit konvensional.

Di era digital, keputusan pinjaman perlu diambil dalam hitungan detik, penyedia informasi kredit harus hadir sebagai infrastruktur analitik yang responsif, terpercaya, dan mampu menyerap berbagai sumber data alternatif.

“CBI mendorong pendekatan dynamic analytics innovation, yakni pengembangan sistem credit scorin g yang tidak hanya akurat dalam penilaian risiko, juga adaptif terhadap perubahan perilaku digital nasabah,” jelas Anton, dalam rilis ke .co.id, Selasa (17/6).

Asosiasi Pengelola Informasi Kredit ( APiiK) juga mendorong penguatan peran biro kredit. Lembaga pengelola informasi kredit kini telah berevolusi menjadi infrastruktur krusial dalam pengambilan keputusan digital lending, dengan standar sistem, keamanan, dan kecepatan yang mendukung proses real-time approval dan pengambilan keputusan risiko secara otomatis.

Dengan dukungan biro kredit, fintech lending diharapkan dapat mengembangkan fitur seperti early warning system , pengelolaan limit dinamis, dan penyesuaian harga berbasis risiko (risk-based pricing).

Belum ada Komentar untuk "Credit Scoring: Lebih dari Riwayat, Fokus pada Perubahan perilaku Digital Nasabah"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel